SURAT
UNTUK KEKASIH
Diperhitungan malam ini, aku tak
tidur
pada bola mataku seperti sedardu
diam berdiri jaga tak berpolah
dan semua itu !
karena_kamu
bagaimana bisa, aku merayu mata
jika hati, dikendalikan rindu ?
***
kabut, angin dan bulatan rembulan
senyummu manis juara bertahan
kalahkan waktu-waktu, kalahkan
pikiranku
dalam suratku, cinta tertulis
membabi-buta
tak ada batasan, tak ada ukuran
tak bisa dijelaskan, tak bisa
digambarkan
cinta itu roh-nya hati
maka tak dapat ku jawab dengan
sempurna:
Sebesar apa ku punya rasa ?
Terkecuali;
lihatlah, apa yang aku lakukan
untukmu
sebab cinta !
bukan permainan kata.
By: Suciyanto Ari Siregar
Menulis: Untuk anak dan istri
yang jauh di pulau Sumatera.
PLEDOI CINTA
Dalam suatu perjalanan
Kepada yang terhormat kekasihku,
“Asnia Pane”
Di ini hari,
Akhirnya terkumpul sudah
waktu-waktu dikupas dari tunas
secara tuntas
menjadi satu dalam rasa jadi
irama
irama Sufi tarian jiwa
jiwa yang mencari, indahnya
cahaya
cahaya yang ingin terbang jauh,
menguak tabir
dalam sabar, dalam getir, dalam
Dzikir,
dalam suara Robbana, yang
ditembangkan syair
Pada lengkingan hati ketukannya
bersayap
Melumat bunyi menelan makna
Menginjak-injak nafsu menahan
fitnah
Inilah Cinta !
Inilah Cinta !
Inilah bahasa, yang tak boleh
binasa !
By: Suciyanto Ari Siregar
UNTUK PEREMPUAN Di UNILA
Lampung, 14 Desember 2007
Jarum-jarum air,
berjatuhan. Lalu, pecah !
Di jalan berdebu
kristal-kristal kecil
melompat-lompat
ada garis cahaya lurus kaku di
atas langit,
di curi
kesunyian…
angin pun tidak mau diam, dan kau
? datang
ini hari turun
hujan !
UNILA !
rumput-rumput, tanah-tanah basah
bunga-bunga tumbuh segarlah…
seperti itulah ku punya cinta !
Atas namaku, untukmu. Asnia
!
By: Suciyanto Ari Siregar.
PUISI UNTUK SI GADIS KECIL RARAZ
Mereka Punya Kau, Bahagia !
Kini, 16 Desember 2007. Musim
hujan !
Garis di atas awan, langit biru,
senyum manismu
cahaya-cahaya, matahari tinggi,
puisi ayahmu
terlalu dalam, dalam terlalu,
untukmu.
kau pasti tahu, tahu pasti kau!
milikmu!
Dimana dimataku, mataku dimana
kau tertawa
melebar, meresap, dan lalu
memanah!
pecah! kita punya suara. Bercanda
Raraz !
kau punya Bahagia !
By: Suciyanto Ari Siregar
CINTAKU
Cintaku. Bulan purnama
Tidak kenal siapa kau ?
Tidak kenal waktu !
Tiba-tiba saja datang.
Dalam ruang kabut. Membelah sunyi
Cintaku. Bulan purnama
Tidak kenal siapa kau ?
Tidak kenal waktu !
Tiba-tiba saja datang.
Dalam ruang kabut. Membelah sunyi
Cintaku. Bulan purnama !
By: Suciyanto Ari Siregar
AKU KEHILANGAN SEORANG
KAWAN !
Suara sedih
Waktu tak sehati
Sudut kota sepi
Ini hari dingin
Lampu-lampu jalan 12 pukul 6
Garis-garis air, jatuh
Basah bumi, pecah rasa
Di tempat ini
Tempat kita selalu Berbagi
By: Suciyanto Ari Siregar
CINTAKU TAK SAMPAI
Malam setelah hujan
uap gelas kopi panas
Sinar rembulan kau buat aku
terjaga
Antar
lampu-lampu jalan, Margonda Raya.
Aku
diam
Pada wajah dan namamu
ku
kubur dalam-dalam
By: Suciyanto Ari Siregar
(Tentang kisah seorang kawan)
ABU-ABUNYA KAU DAN AKU
Ku katakan, terima sajalah
Bahwa kenyataan itu adalah benar
Kau dan aku abu-abu
Hidup pada ruang dan waktu yang
serba abu-abu
Tidak banyak kepastian dari
sebuah kenyataan
Terkecuali datangnya cinta dan
kematian
Kita ini manusia
Tidak ada hitam dan putih
Kita adalah pertempuran diantara
dua sifat
Iblis dan malaikat
Maka mana yang sempurna kecuali
Dia ?
Di dalam diri kita tidak ada
kesucian
Yang ada adalah kesadaran
Untuk bisa menembus ketulusan
cintaNya
Perenungan dirilah jalan
satu-satunya
Kita tidak perlu banyak
berkata-kata
Tapi jelas kita punya langkah
dengan makna !
Dalam keabu-abuan hidup ini
Mari kita maknai surat AL-FATIHAH
Cukup, untuk kita berdua saja
By: Suciyanto Ari Siregar
TENANGLAH ASNIA
Setidaknya untuk tiga hari yang
lalu
Kata-katamulah yang seharusnya
menemani
Bukan apa yang mereka pikirkan
tentang kita
Terdengar naïf,
kata cinta dipenjara
Coba tanyakan ?
Siapa yang mampu pindahkan
cintamu diatas meja
Kecuali Dia yang telah menaruh
dalam rohmu
Dari segumpal darah menjadi
daging
Menyatu, berjalanlah takdir
“Tuhan tahu kita!
Maka diciptakanlah cinta”
Tenanglah asnia
Pukul 2.30 pagi
Tolong bangunkan aku lagi
Terimalah pelajaran ini untuk
satu kali,
bukan karena mereka, tapi Dia!
By: Suciyanto Ari Siregar
RINDU
hujan yang turun ditengah kota
seperti manisnya kata-kata yang
berjatuhan
pecah satu-persatu kulit bumi
pada jalan-jalan yang makin
membasah
batinku bicara:
aku cinta kepadamu
dan lalu,
terbentuklah rindu
bersama derasnya hujan
Air semakin berkuasah
Pada bumi yang menerima,
Atas cinta dan rindu
kurela
tersandra, rupamu !
By: Suciyanto Ari Siregar
TENTANG YANG ADA DIHATI
Bayangannya meresap seperti air
tak tergenggam
Terganggulah aku pada malam
Untuk bulan dan indahnya bintang
Aku pilih diam !
Tak begitu mampu aku menyentuh
Terdamparlah hati, jiwa dan cinta
Suara hati, Mungkinkah takdir ?
Dan lalu, aku diam
Jalan-jalan sepi…
Ibu kota tertidur menunggu senja
kembalilah pulang
Seperti itulah aku bicara pada
waktu yang pergi
Cukuplah aku
Tersimpan rapi dilampu-lampu kota
Dari;
Hatiku !
Jiwaku !
Dan cintaku !
Yang
pupus!
By: Suciyanto Ari Siregar
(Sedihnya seorang teman)
UNGKAPAN DALAM HATI
Tahukah kamu rasanya, ada di
sampingmu ?
seperti gemericik, air
melompat-lompat
pecah suaranya,
riang gembira
Tahukah kamu rasanya, mencintaimu
?
seperti lengkungan bulan sabit
runcing
membelah kabut awan
Tahukah kamu rasanya,
merindukanmu ?
seperti cahaya embun di ujung
ranting
jatuh menetes,
di hamparan daun-daun
Tahukah kamu rasanya, menulis
surat ini untukmu ?
seperti derasnya hujan,
yang turun tanpa batas
Tahukah kamu, harapanku ?
menyentuhmu, tidak hanya dalam
mimpi
tertulislah cinta, ungkapan dalam
hati
By: Suciyanto Ari Siregar
UNTUKMU !
Tidak harus selalu Matahari
Jika indahnya Bulan dan Bintang masih
bercahaya dimalam-malammu
Tidak cukup hanya belajar pada
musim semi
Jika tidak akan hilang musim
kering dan penghujan didalam hidupmu
Jangan manjakan diri, untuk
kesempurnaan hati
Lihat sekitarmu, pahami dan
pelajari
Kau-pun tidak harus membuat,
telaga sepanjang mata
Jika kucuran air masih bisa
membasuh luka
Tidak harus mengejar impian besar
dikepala
Jika mimpi-mimpi kecil, selalu
menunggu pada detak nafasmu
Hidup hanya butuh perubahan
Maka jadilah yang sewajarnya
terjadi
Tidak harus butuh apa-apa
Jika niat baik masih tetap
terjaga
Untukmu, agar selalu dekat
dan sehati
By: Suciyanto Ari Siregar
KUPU-KUPU
Setidaknya kita menyadari
tapi sudahlah masa lalu adalah
ilmu
Di kehidupan sore dilapangan luas
kupu-kupu cantik hinggap diujung
jemari
Unik, hatiku terbawa
kenapa dulu ? Mesti ku cari
jika hari ini, dia hinggap tanpa
ku minta
Angin datang mengganggu,
kupu-kupu pergi
takdir menggelitik hati untuk
menyadari
Kenapa harus bersedih ?
Toh jika dia milikku pasti
kembali
memang menjengkelkan saat-saat
kehilangan
daun-daun dimakan ulat
habis-habisan
tapi lihat nanti ?
kepompong matang pada musimnya
kupu-kupu mengetuk pintu,
tak ada kesendirian, terjawab
sudah
dengan kesungguhan itulah
kesabaran dan keikhlasan, teruji
keindahan-keindahan tertanam lalu
dipetik
dari kupu-kupu yang terbang
karena cinta tak perlu harus
dikejar
By: Suciyanto Ari Siregar
SURAT UNTUK DEK PUTRI
Di atas meredupnya, malam
aku menulis.
Dek Putri, yang ku hormati
ini waktu, kembali aku ke Jakarta
dan maaf
kau punya kakak, kucuri enam hari
lalu,
ku ikat dia! Punya hati.
Tidak terhingga ! ada bahagia !
saat air mengalir di ujung
ranting
kilauan cahaya titik-titik air
daun-daun, bunga-bunga berguguran
dia punya tangan. Ku genggam!
saat berjalan kita, di banyaknya
pohon rindang
Tapak kakiku, kakinya lari-lari
kecil
kita melompat ! Genangan air
hujan baru saja diam
kita terbawa tawa, pecah suara
Dek Putri, kita sangat bahagia !
tolong, doakan kita punya cinta.
sekuat baja !
Sungguh !
Ini aku menulis dengan tinta
cinta
yang menetes dari sisa-sisa
cahaya
cahaya rembulan yang tersembunyi,
dibalik indahnya awan
Pada malamku,
yang semakin meredup
By: Suciyanto Ari Siregar
KETIKA AKU BICARA CINTA
Ketika aku bicara cinta
Seperti inilah adanya aku
Menyentuhmu hingga ke ulu hati
Memanjakanmu, sampai kau mati
Merayumu, sampaiku tak bisa,
bicara lagi
By: Suciyanto Ari Siregar
Disini aku-pun merindukanmu...
MALAM
INI
Untuk Istriku,
yang semakin hari, semakin aku
cintai.
yang semakin hari pula, semakin
aku miliki.
Semakin jauh langkah itu
berhari-hari
Semakin kuat uji itu berkali-kali
Semakin dalam ! Semakin sehati !
Untuk Istriku,
Yang malam ini, tertidur lelap
Entah apa yang mesti aku katakan
kepadamu ?
Ketika ketangguhanmu, yang
kuatkan aku !
Apa yang meski ku berikan
kepadamu ?
Pada malam-malam ini tanpaku...
Untuk malam ini.
Apakah bulan itu yang kau mau
?
Jika, ya !
Maka kupetik bulan itu dengan
cintaku
Tak hanya bulan, bintang juga
Karena pada tangganku ada doa kuat
untukmu
Yang
dimatanya, ada kutipan cinta !
By: Suciyanto Ari Siregar
ANAKMU RINDU KEPADAMU
“Haji Alimun Mulia Pane”
Yang terhormat,
Di bawah lindungan doa-doamu,
anakmu datang.
Membawa segumpal rindu yang
terjatuh
Pada suatu rintiknya hari
Seperti datangnya hujan, pada
musimnya
Dan ?!
Di sepanjang jalan itu,
anakmu tidak berhenti-hentinya,
bercerita
Tentang dirimu, Tentang sesuatu’
yang terindah-indah, dimasa lalu
dimasa dimana anakmu,
senang sekali dipelukmu
sesaat setelah kau habiskan
cerita, tentang ?
“Seekor Macan yang membeli
rambutan di Pekalongan”
Di atas ombak laut Sumatera.
Kontan aku tertawa !
Demi CINTA anakmu kepadamu !
Aku tuangkan surat ini, untukmu.
-anak menantumu: Suciyanto Ari
Siregar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar