“Entah apa yang sedang terjadi
padamu, sampai detik ini, aku tidak pernah tahu?”
Pada batas-batas di sepanjang
jalan ini, aku masih menyimpan banyaknya kenangan dan kata-kata indah darimu.
Tentang aku yang tak pernah lepas untuk selalu bisa kau kagumi.
“Aku adalah
laki-laki terhebat yang pernah kau punya” katamu, saat kau rebahkan sebagian tubuhmu dibahuku.
Dan itu sesuatu yang tidak pernah dapat aku lupakan darimu. Perempuan yang
pernah ada, di dalam hatiku.
***
Di penghujung jalan
tempat dimana kita bicara cinta, aku berhenti.Menyaksikan segala arah, memahami arti dari
rimbunan daun-daun hijau yang menyimpan butiran-butiran cahaya akibat derasnya
hujan semalam.
Kau yakinkan
kepadaku, bahwa keindahan-keindahan yang kita saksikan saat itu sama persis
seperti apa yang sedang kau rasakan, saat kau berjalan bersamaku, menyusuri
jalan-jalan setapak di antara rimbunnya pohon-pohon dan tajamnya cahaya yang
menembus rongga-rongga ranting. “ Daun-daun menjadi lebat dan indah,
karena resapan air dalam tanah sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Dan itu sama
seperti apa yang ada di dalam hatiku. Perasaan ini menjadi indah, lebat dan
berbunga-bunga karena resapan-resapan perhatianmu yang kau berikan kepadaku” katamu
yang ku jawab dengan senyuman.
“Apakah benar, aku
adalah laki-laki terbaik yang pernah kau temui?”kataku, yang menghentikan langkahmu. Dan
lalu kau genggam kedua tanganku, kau katakan kepadaku“Aku berharap kau tidak
akan pernah meninggalkanku...” mendengar kata-kata indahmu, membuat
aku semakin yakin menyerahkan seluruh hidupku untuk hidupmu sepenuhnya.
Di bawah janji yang
telah aku ucapkan untukmu, aku temani kau di sepanjang jalan itu dengan segenap
rasa yang aku tumpahkan dan kau inginkan. Bahkan tidak sedikit-pun yang
tersisa, karena semua rasaku adalah milikmu seutuhnya. Sungguh cinta, membuat
semuanya menjadi indah.
Aku berharap pada
setiap hari-hari yang kita lewati, tidak akan pernah kita lupakan sampai kita
tua nanti.
***
Kebahagiaanku saat
bersamamu seperti indahnya nyanyian burung-burung di atas ranting, seperti
bunga-bunga yang mekar pada musimnya dan pastinya semua serba menyenangkan,
karena adanya dirimu mengubah semua yang ada padaku, kau seperti cahaya,
seperti juga udara. Masuk dalam kehidupanku, membawa aku pada kehidupan baru,
setelah keruntuhanku, dimasa lalu.
Aku merasa hidup
kembali, merasa punya jiwa, merasa punya arti. Bagiku, kau benar-benar istimewa
di dua bola mataku. “Terima kasih nona, kau telah beri aku bahagia!” bisikku
menggoda, di telinga kananmu. Dan lalu! Kau membalasnya dengan sedikit cubitan
dan senyuman...
Semua bagiku, saat
itu, serba romantis...
***
Di bawah cahaya
matahari yang hampir saja tenggelam, aku antarkan kau pulang bersama ribuan
harapan-harapanku yang aku titipkan kepadamu. “Ku mohon tolong jaga,
apa yang aku punya, untukmu”kataku meminta kepadamu __ Kau tersenyum,
mainkan mata genitmu“Apa itu?...” tanyamu menggodaku__Ku jawab “Cinta!” di
sepertiga perjalanan menuju pintu depan rumahmu yang membuat aku dan kau sangat
bahagia, karena saat itu bahasa cinta bisa kita terjemahkan dengan begitu
sangat: “Sempurna”
***
Kini sudah sebulan
aku tidak temui kau. Aku terkurung rindu! Terkurung pada jutaan ribu kata-kata
manismu. Terkurung pada jutaan ribu harapan-harapan yang ingin segera aku
muntahkan saat bersamamu. Aku rangkai semua yang indah-indah di dunia ini, dari
pancaran cahaya pelangi yang aku curi, bunga-bunga yang aku beli dan kupu-kupu
yang aku tangkap di taman cinta yang aku buat sendiri. Semua itu ada dan hanya
aku persembahkan untukmu, untukmu dan hanya untukmu.
Di jalan-jalan
setapak menuju rumahmu ini, aku lumpuhkan semua jadwal-jadwal pesta bersama
teman-temanku, aku matikan dua nomor handphone aktifku, aku tinggalkan lima
artis idolaku dan aku lupakan tentang bonus kerja sebulanku. Hanya karena aku
sudah tak sabar lagi ingin sekali bertemu denganmu, menikmati hari-hari indah
seperti saat pertama kali kau ajak aku ke sebuah taman yang penuh dengan
kuatnya kenangan, yang tidak mungkin bisa aku lupakan.
“Kekasihku,
tunggulah aku, malam minggu ini aku datang, membawa ledakan rindu!”
Dua langkah lagi
aku ada tepat di depan pintu rumahmu, dan aku berhenti. Entah apa yang sedang
terjadi padamu? Di depan dua mataku, kau perlakukan laki-laki lain sama
seperti kau perlakukan aku. Sungguh aku benar-benar tidak pernah tahu, kenapa
kau begitu tega hancurkan perasaan ini!
***
Apa salahku
kepadamu, pada sepanjang jalan ini, daun-daun jatuh bersama kekecewaanku
kepadamu.
By: Ari Sucianto Sirega, menulis untuk
seorang teman yang hatinya hancur pada malam minggu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar