Jumat, 06 November 2015

!DAUN - DAUN JATUH - Cerpen IX : Ari Sucianto Siregar

“Entah apa yang sedang terjadi padamu, sampai detik ini, aku tidak pernah tahu?”

Pada batas-batas di sepanjang jalan ini, aku masih menyimpan banyaknya kenangan dan kata-kata indah darimu. Tentang aku yang tak pernah lepas untuk selalu bisa kau kagumi.

“Aku adalah laki-laki terhebat yang pernah kau punya”  katamu, saat kau rebahkan sebagian tubuhmu dibahuku. Dan itu sesuatu yang tidak pernah dapat aku lupakan darimu. Perempuan yang pernah ada, di dalam hatiku.

***

Di penghujung jalan tempat dimana kita bicara cinta, aku berhenti.Menyaksikan segala arah, memahami arti dari rimbunan daun-daun hijau yang menyimpan butiran-butiran cahaya akibat derasnya hujan semalam.

Kau yakinkan kepadaku, bahwa keindahan-keindahan yang kita saksikan saat itu sama persis seperti apa yang sedang kau rasakan, saat kau berjalan bersamaku, menyusuri jalan-jalan setapak di antara rimbunnya pohon-pohon dan tajamnya cahaya yang menembus rongga-rongga ranting. “ Daun-daun menjadi lebat dan indah, karena resapan air dalam tanah sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Dan itu sama seperti apa yang ada di dalam hatiku. Perasaan ini menjadi indah, lebat dan berbunga-bunga karena resapan-resapan perhatianmu yang kau berikan kepadaku” katamu yang ku jawab dengan senyuman.

“Apakah benar, aku adalah laki-laki terbaik yang pernah kau temui?”kataku, yang menghentikan langkahmu. Dan lalu kau genggam kedua tanganku, kau katakan kepadaku“Aku berharap kau tidak akan pernah meninggalkanku...” mendengar kata-kata indahmu, membuat aku semakin yakin menyerahkan seluruh hidupku untuk hidupmu sepenuhnya.

Di bawah janji yang telah aku ucapkan untukmu, aku temani kau di sepanjang jalan itu dengan segenap rasa yang aku tumpahkan dan kau inginkan. Bahkan tidak sedikit-pun yang tersisa, karena semua rasaku adalah milikmu seutuhnya. Sungguh cinta, membuat semuanya menjadi indah.

Aku berharap pada setiap hari-hari yang kita lewati, tidak akan pernah kita lupakan sampai kita tua nanti.

***

Kebahagiaanku saat bersamamu seperti indahnya nyanyian burung-burung di atas ranting, seperti bunga-bunga yang mekar pada musimnya dan pastinya semua serba menyenangkan, karena adanya dirimu mengubah semua yang ada padaku, kau seperti cahaya, seperti juga udara. Masuk dalam kehidupanku, membawa aku pada kehidupan baru, setelah keruntuhanku, dimasa lalu.
Aku merasa hidup kembali, merasa punya jiwa, merasa punya arti. Bagiku, kau benar-benar istimewa di dua bola mataku. “Terima kasih nona, kau telah beri aku bahagia!” bisikku menggoda, di telinga kananmu. Dan lalu! Kau membalasnya dengan sedikit cubitan dan senyuman...

Semua bagiku, saat itu, serba romantis...

***

Di bawah cahaya matahari yang hampir saja tenggelam, aku antarkan kau pulang bersama ribuan harapan-harapanku yang aku titipkan kepadamu. “Ku mohon tolong jaga, apa yang aku punya, untukmu”kataku meminta kepadamu __ Kau tersenyum, mainkan mata genitmu“Apa itu?...” tanyamu menggodaku__Ku jawab “Cinta!” di sepertiga perjalanan menuju pintu depan rumahmu yang membuat aku dan kau sangat bahagia, karena saat itu bahasa cinta bisa kita terjemahkan dengan begitu sangat: “Sempurna”

***

Kini sudah sebulan aku tidak temui kau. Aku terkurung rindu! Terkurung pada jutaan ribu kata-kata manismu. Terkurung pada jutaan ribu harapan-harapan yang ingin segera aku muntahkan saat bersamamu. Aku rangkai semua yang indah-indah di dunia ini, dari pancaran cahaya pelangi yang aku curi, bunga-bunga yang aku beli dan kupu-kupu yang aku tangkap di taman cinta yang aku buat sendiri. Semua itu ada dan hanya aku persembahkan untukmu, untukmu dan hanya untukmu.

Di jalan-jalan setapak menuju rumahmu ini, aku lumpuhkan semua jadwal-jadwal pesta bersama teman-temanku, aku matikan dua nomor handphone aktifku, aku tinggalkan lima artis idolaku dan aku lupakan tentang bonus kerja sebulanku. Hanya karena aku sudah tak sabar lagi ingin sekali bertemu denganmu, menikmati hari-hari indah seperti saat pertama kali kau ajak aku ke sebuah taman yang penuh dengan kuatnya kenangan, yang tidak mungkin bisa aku lupakan.

“Kekasihku, tunggulah aku, malam minggu ini aku datang, membawa ledakan rindu!”

Dua langkah lagi aku ada tepat di depan pintu rumahmu, dan aku berhenti. Entah apa yang sedang terjadi padamu? Di depan dua mataku, kau perlakukan laki-laki lain sama seperti kau perlakukan aku. Sungguh aku benar-benar tidak pernah tahu, kenapa kau begitu tega hancurkan perasaan ini!

***

Apa salahku kepadamu, pada sepanjang jalan ini, daun-daun jatuh bersama kekecewaanku kepadamu.

By: Ari Sucianto Sirega, menulis untuk seorang teman yang hatinya hancur pada malam minggu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar