Jumat, 06 November 2015

HANCURNYA CINTA PERTAMA - Cerpen XI : Ari Sucianto Siregar

Untuk seseorang yang ku harap memahami dalamnya perasaanku, aku menulis ini karena aku butuh kau! Meskipun definisi cinta yang kau tanyakan itu, belum sempurna untuk bisa aku jawab sepenuhnya, dengan kata-kataku dan segenap perasaanku yang berlipat-lipat ganda kepadamu. Ketika sebelum lima menit, kau pergi untuk segera meninggalkanku.

Jujur ku katakan dan bersumpah pada Tuhan! Bahwa apa yang aku rasa sudah terlalu jauh melambung pada batas-batas logika. Sehingga? Tak sanggup ku jelaskan dengan indahnya kata-kata yang ku punya. “Apa itu Cinta?”

Sudah terlalu jauh aku mencari, tapi belum juga bisa aku menjawab dari apa yang kau tanyakan itu kepadaku. Mungkin aku terlalu bodoh atau mungkin rasa ini terlalu dalam kepadamu? Yang jelas, jika kau meminta jantung ini, maka akan segera aku berikan, meskipun aku tak lagi dapat melihat kecantikan yang sangat luar biasa yang Tuhan berikan untukmu.“Bagiku kau lebih dari pada sempurna!” meskipun semua orang mengatakan tidak di depanku!

***
Cinta yang ingin kau temukan definisinya belum juga bisa aku dapatkan, pada buku-buku dan catatan-catatan halus para pengagum cinta. Bagiku cinta itu seperti hantu, dapat menembus batas-batas ruang akal manusia dan penuh dengan misteri.

Kerena cinta itu seperti misteri maka tak satupun anak manusia dapat mendefinisikan cinta secara sempurna. Kebanyakan dari mereka mendefinisikan cinta hanya sebatas dari apa yang mereka alami, jika mereka senang maka definisi cinta-pun akan penuh dengan kata-kata indah, tapi jika sebaliknya, ketika mereka mengalami sebuah kekecewaan, definisi cinta-pun akan penuh dengan kata-kata hinaan, cacian dan ejekan.

Definisi cinta harus lepas dari segala kejadian baik maupun buruk seseorang, sehingga makna cinta tidak terpengaruh oleh bahasa emosional sesaat. Dan cinta-pun harus terbebas dari bahasa nafsu yang secara tidak langsung telah menarik makna cinta kedalam dunia yang bebas dan tak terkendali, sehingga cinta tidak akan selalu menjadi terdakwa dalam kebobrokan moral anak manusia. “Meskipun dalam cinta itu, tersimpan banyaknya keinginan”

Maafkan aku, jika sampai detik ini, aku tidak bisa menjawab apa itu cinta kepadamu…

***
Cinta yang aku rasa hanya bisa aku rasakan keberadaannya di dalam hatiku, tanpa bisa aku jelaskan secara detail kepadamu. Dan hal jni sama persis sulitnya seperti sebuah pertanyaan yang pernah aku ajukan kepadamu. “Apa definisi dari sebuah rasa manis?” kataku, yang kau jawab“Manis itu? Tidak asam! Tidak pahit! Dan juga tidak gurih!” dengan gaya bicaramu yang membuat aku ingin selalu ada didekatmu, menjagamu dan membuat kau selalu tertawa.

***
Cintaku, ku ibaratkan bumi tempat dimana kita berpijak, tempat tersimpannya banyak mineral-mineral, oksigen-oksigen dan segala hal-hal yang membuat kita untuk selalu bisa bertahan hidup dan bumi adalah satu-satunya tempat bagi kita untuk bisa meneruskan generasi. “Cintaku adalah bumi, tempat kau mencari bahagia! Karena di dalam cintaku. Hanya ada kerinduan dan indahnya kasih-sayang…”

***
Kedalaman cintaku kepadamu tidak bisa diukur dengan ukuran logika dan aku-pun tidak bisa memberikan sebuah contoh persamaan satu-pun tentang dalamnya rasa cinta ini kepadamu. Oleh karena itu ”Lihatlah apa yang aku lakukan dan berikan untukmu, maka itulah tolak-ukur cintaku kepadamu… ” semoga kau memahami kata-kataku yang tak seberapa itu.

***
Mungkin disepanjang jalan hidupku semua orang berasumsi kalau aku ini gila! Hanya karena perasaan cintaku kepadamu tak bisa dimasukkan kedalam pemikiran mereka. Tapi faktanya, semua orang yang sedang jatuh cinta, kadang seperti orang gila, melakukan hal-hal gila dan diluarnalar logika. Tapi bagiku kegilaan-kegilaan itu bisa menjadi sebuah bukti betapa kuatnya pengaruh cinta terhadap pola pikir anak manusia. Dan aku tak ingin kegilaan-kegilaan yang ada padaku, merusak keindahan-keindahan yang ada padamu. Oleh karena itu diakhir tulisanku ini, aku katakan “Aku bersedia menjadi saksi di hari pernikahanmu dan maafkan aku yang tak bisa mendefinisikan Cinta!”

Selamat malam,
semoga esok,
kau temukan bahagia...

By: Ari Sucianto Siregar, menulis di akhir perbatasan kota hujan "Bogor"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar