Jumat, 06 November 2015

KEBAHAGIAAN - Cerpen X : Ari Sucianto Siregar

“Kebahagiaan itu tidak datang dengan sendirinya, tidak pula dicari, tidak pula dikejar dan tidak pula ada pada sesuatu yang kita punya. Kerena kebahagiaan itu hanya akan ada pada setiap rasa syukur yang kita miliki!”

*** 

Seorang Dosen (IBD) Ilmu Budaya Dasar bertanya kepada seorang Mahasiswanya yang sedang asyik memperhatikan seorang Mahasiswi dari balik jendela kelas sewaktu jam mata kuliah IBD akan dimulai. “Apakah perempuan cantik itu bisa membuat kamu bahagia?” Dengan sikap sangat terkejut, Mahasiswa itu-pun menjawab. “Iya!”__“Jika iya maka kejar perempuan itu dan lalu kamu miliki.” Saran Sang Dosen. 


Tiga minggu kemudian Mahasiswa itu hadir di dalam kelas dengan wajah yang begitu bahagia, lantaran cintanya pada si pujaan hati tidak bertepuk sebelah tangan dan dirinya-pun resmi menjalin cinta dan kasih dengan si pujaan hati. Tapi di akhir-akhir menjelang UTS wajah dan sikapnya menunjukan ketidak-bahagiaan. Sang Dosen IBD-pun bertanya kembali kepadanya. “Apa yang membuatmu menjadi gelisah akhir-akhir ini?”__Dengan wajah tertunduk lesu Mahasiswa itu menjawab. “Kekasih saya tidak pernah mau mengerti dengan apa yang saya rasakan…” katanya dengan nada yang cukup kesal dan sang Dosen-pun bertanya kembali “Apakah yang kamu rasakan akan membuat kamu bahagia?...” Tanya Sang Dosen, yang dijawab “Iya!” Oleh Mahasiswa tersebut__“Jika memang benar apa yang kamu rasakan akan membuat kamu bahagia, maka ambillah apa yang kamu rasakan itu dan tinggalkan kekasihmu itu jika memang kehadirannya hanya akan menghambat apa yang kamu rasakan” Mahasiswa itu-pun mengikuti saran Sang Dosen, Ia memutuskan untuk meninggalkan kekasihnya dan kembali ke komunitasnya sebagai seorang Aktifis Kampus yang aktif. Di wajahnya kembali terpancar kebahagiaan, sebab dirinya kini bisa bebas mengikuti semua kegiatan yang dianggapnya perlu dan penting menurutnya. 

Tiga hari kemudian setelah UTS Mahasiswa itu bertanya kepada Sang Dosen. “Apa yang sebenarnya harus saya lakukan, ketika kerinduan terhadap mantan kekasih selalu menghantui hari-hari saya? Di dalam keramaian dan tempat sesepi apa-pun bayangan wajahnya selalu saja mengikuti. Bagaimana caranya saya menemukan kembali kebahagiaan itu, kebahagiaan seperti saat pertama kali saya menyatakan cinta dan diterima olehnya?”

Sang Dosen terdiam sejenak sambil merapikan berkas-berkas hasil ujian di depan kelas. Setelah semuanya rapi Sang Dosen-pun menjawab pertanyaan dari Mahasiswa tersebut. “Apakah kalian pikir bahwa kebahagiaan itu adalah hasil dari apa yang kalian dapatkan? Apa yang kalian dapatkan dari sebuah keinginan dan usaha tidak bisa menjamin hidup kalian akan bahagia. Karena kebahagiaan tidak bisa diukur dari seberapa banyak yang sudah kalian dapatkan dari apa yang kalian inginkan dan usahakan. Tidak semua orang berlimpah harta itu hidupnya bahagia, meskipun mutlak semua orang menginginkannya harta yang berlimpah-ruah dan juga tidak semua orang miskin itu tidak bahagia, meskipun miskin mutlak semua orang tidak menyukainya, bahkan diwajibkan kepada kalian semua untuk menghindari kemiskinan. Tidak semua yang berwajah cantik dan tampan bisa menjamin hati kalian akan bahagia meskipun yang jelek jarang ada yang berminat! Cantik-tampan itu relatif meskipun jelek itu mutlak nilainya! Tapi bukan berarti jelek tidak bisa menjadi sebuah pilihan yang terbaik dalam menemukan sebuah kehidupan yang bahagia. Karena semua itu tergantung siapa yang bicara, mata atau hati kalian? Kebahagiaan tidak bisa di tentukan dari suka atau tidaknya seseorang terhadap sesuatu. Seseorang yang tadinya menyukai keramaian mungkin di suatu saat dia akan berbalik menyukai kesendirian, entah karena alasannya bosan atau jenuh pada rutinitas yang selama ini sudah dia jalani, tapi pastinya perpindahan minat ini terjadi lantaran dia belum menemukan apa yang sebenarnya dia cari dan dia juga tidak tahu apa yang sesungguhnya akan dia cari. Apa yang sebenarnya kalian cari di dunia ini kalau akhirnya kalian semua akan mati? Kebahagiaan? Kebahagiaan seperti apa yang sebenarnya kalian inginkan? Semua kebahagiaan yang diaplikasikan pada sebuah benda, kedudukan dan harapan adalah semu! Dan juga menipu! Karena sesungguhnya kebahagiaan itu tidak bisa diartikan dari apa yang kalian dapatkan, pikirkan dan inginkan tapi dari apa yang kalian syukuri. Memiliki segudang keinginan itu penting untuk memacu semangat kalian dalam menjalani hidup, tapi mengkondisikan keinginan pada tempatnya jauh lebih penting. Supaya kalian semua tidak terjebak pada keinginan yang tanpa batas, yang pada akhirnya hanya akan melahirkan kejenuhan-kejenuhan dalam hidup yang tidak akan pernah ada habisnya. Sifat tidak pernah puas akan sesuatu itu manusiawi tapi lebih manusiawi lagi jika kalian menyadari apa yang sesungguhnya kalian ingin cari dalam hidup ini. Tingkat tertinggi dari sebuah nilai kebahagiaan adalah kepuasan dan tingkatan tertinggi dari nilai kepuasan adalah rasa syukur kalian sendiri terhadap apa yang sudah kalian miliki. Jangan berlebih-lebihan pada keinginan karena sesungguhnya itu adalah benih-benih kehancuran. Dan jangan berharap kebahagiaan itu akan muncul jika rasa syukur itu kalian matikan. 

Rasa syukur itu bukan berati berdiam diri dan menerima kenyataan begitu saja, rasa syukur itu adalah ketika kalian bisa menjaga dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya apa yang sudah kalian miliki. Kalian memiliki kesempatan untuk menjadi seorang Mahasiswa, maka manfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya, tidak hanya untuk diri kalian dan ke dua orang tua kalian tapi juga untuk bangsa yang sedang termehek-mehek ini. 

*** 
Apa yang akan kalian rasakan ketika kalian memberikan sebuah buku dan alat tulis kepada keponakan kalian dengan harapan bahwa buku dan alat tulis tersebut bisa memacu kegiatan belajarnya. Tapi pada kenyataannya setelah kalian berikan buku dan alat tulis tersebut, keponakan kalian tidak meresponnya sama sekali, bahkan nilai manfaat yang diharapkan tidak berfungsi atau tidak berjalan dengan baik, karena buku itu dibiarkan saja berada di atas meja selama berhari-hari sampai akhirnya buku dan alat tulis itu masuk keranjang sampah. 

Jika reaksi kalian kesal atau jengkel dengan sikap keponakan kalian ini, maka mulai hari ini kalian harus menjaga dan memanfaatkan apa yang sudah Tuhan berikan kepada kalian semua, akal-pikiran, hati, tangan-kaki, kesehatan dan kesempatan-kesempatan yang semua orang belum tentu mendapatkannya. 

Jangan biarkan Tuhan marah dengan sikap kalian yang tidak cerdas dalam menilai, melihat dan mensyukuri apa yang sudah Tuhan berikan. 

Oleh sebab itu (sebagai seorang Mahasiswa) kejarlah cita-cita kalian setinggi-tingginya sebagai perwujudan dari rasajar.a syukur kalian terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dan lalu untuk masalah cinta, biarkan waktu bersama perjalanan hidup kalian yang akan meresapi dan memahami kedalaman maknanya, sebab pengertian atau definisi sebuah kata cinta itu tergantung pada seberapa dalam kalian membutuhkan kehadirannya. Oh ya, jangan berharap cinta akan datangkan kebahagian jika hanya sebatas keinginan bukan ketulusan hati, karena posisi cinta itu sesungguhnya sebagai objek bukan subjek, maka kebahagian sebuah perjalanan cinta itu tergantung pada diri kalian sendiri. Seperti nilai mata kuliah saya yang akan kalian terima nanti. Saya harap kalian semua bisa memahami apa yang sudah saya sampaikan. Salamat siang, selamat belajar dan sampai jumpa lagi.
 
By: Ari Sucianto Siregar menulis untuk adek-adekku tercinta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar