Kamis, 01 Januari 2015

FOTO BUAH HATI

UNGKAPAN DALAM HATI

Tahukah kamu rasanya, ada di sampingmu ?
seperti gemericik, air melompat-lompat
pecah suaranya,
riang gembira

Tahukah kamu rasanya, mencintaimu ?
seperti lengkungan bulan sabit runcing
membelah kabut awan

Tahukah kamu rasanya, merindukanmu ?
seperti cahaya embun di ujung ranting
jatuh menetes,
di hamparan daun-daun

Tahukah kamu rasanya, menulis surat ini untukmu ?
seperti derasnya hujan,
yang turun tanpa batas

Tahukah kamu, harapanku ?
menyentuhmu, tidak hanya dalam mimpi
tertulislah cinta, ungkapan dalam hati 


By: Suciyanto Ari Siregar

Sebenarnya kumpulan foto dibawah ini adalah foto yang gagal dan masih terdapat banyak kekurangan saat pengambilan gambar, tapi melihat gambaran situasi yang terlihat pada foto menggambarkan situasi yang menarik maka sangat sayang untuk dibuang begitu saja, maka dengan sentuhan Photoshop seadanya kumpulan foto-foto tersebut saya tampilakan...






SURAT UNTUK KEKASIH

Diperhitungan malam ini, aku tak tidur
pada bola mataku seperti sedardu
diam berdiri jaga tak berpolah
dan semua itu !
karena_mu

bagaimana bisa, aku merayu mata
jika hati, dikendalikan rindu ?

***
kabut, jangkrik, angin dan bulatan rembulan
senyummu manis juara bertahan
kalahkan waktu-waktu, kalahkan pikiranku
dalam suratku, cinta tertulis membabi-buta

tak ada batasan, tak ada ukuran
tak bisa dijelaskan, tak bisa digambarkan

cinta itu roh-nya hati
maka tak dapat ku jawab dengan sempurna:
Sebesar apa ku punya rasa ?

Terkecuali;
lihatlah, apa yang aku lakukan untukmu
sebab cinta !
bukan permainan kata.

By: Suciyanto Ari Siregar




JOURNEY 

17 Januari, hari ini aku kembali mengingat saat itu pada tiga tahun yang lalu, pada kenangan yang mengukir perjalanan kisahnya.  Dan kenangan itu, salah satu kenangan indah dalam hidupku.”

Jika ada yang bertanya, siapa orang yang paling istimewa dalam hidupku sudah pasti aku akan menjawab sebuah nama.  Nama seseorang yang pernah membawaku menapaki lembar kehidupan dengan sebuah kesederhanaan cinta.  Tak ada yang kutakutkan dalam keseluruhan dirinya kecuali perpisahan. 

Aku adalah seorang yang percaya pada cinta dan keajaibannya, bukan seperti pintu kemana saja milik Doraemon pastinya.  Aku percaya pada pertemuannya yang tidak direkayasa, pada cinta yang hadir tanpa terpaksa, pada penantian yang akhirnya memenuhi impian.   Aku percaya pada saat kita bertemu dengan pasangan jiwa kita maka langkah kaki ini akan terasa ringan kemanapun rindu membawa.  Tak ada yang kita takutkan, bahkan meskipun itu tak seperti sesuatu yang terbiasa kita jalani.

Hari ini, di tiga tahun lalu kau ikat aku dengan janjimu di hadapan orang tua kita, untuk berikrar berencana bersama selamanya.  Dan dalam enam bulan berikutnya kau penuhi janji itu.  Rasanya seperti baru kemarin kita bertemu, kau datang ke rumah nenek persis seperti dugaanku. Kau penuhi tantanganku untuk menjemputku dan pamit pada ayahku walau hari itu aku mengira, kita masih hanya sahabat.  Pastinya aku tak akan pernah melupakan perjalanan kita.  Di sepanjang Universitas Indonesia, Es Pocong yang kau gunakan untuk mengulur waktu, ataupun sholat berjamaah di depan markas EGC.  Pun ketika kau tawarkan detik itu untuk melangkah ke Kebun Raya akupun nyaris tak menolak.  Entah kenapa, senang rasanya melewati detik hari bersamamu... dan kereta itu, stasiun itu saksi bisu betapa bahagianya hatiku.

Terlalu banyak lembar kenangan yang tak bisa kutuliskan, hanya saja yang harus kau tahu rasa ini masih sama persis seperti pertama kita bertemu empat tahun yang lalu.  Hati ini masih menyimpan janji yang sama seperti saat yakinnya hatiku dalam perjalanan kita ke Masjid At’Taawun.  Suatu hari kita harus mengajak Fathi kesana ya... Dhuha bersama dan menikmati sejuk airnya, trus jalan ke Puncak dan Sholat Dzuhur di Gunung Mas... dan kita memakan Bakso semangkuk bersama lagi, memakan buah apel merah yang sama lagi.  Mengulang lagi dalam kisah yang lebih bahagia, karena hari ini cinta kita bukan lagi hanya antara aku dan kau, tapi sudah menjadi antara aku dan kau ada Fathi yang menjadi cahaya dalam cinta kita.

29 Agustus 2007, Rendezvous_17 Januari 2009, Propose Marriage_25 Juli 2009, Get Married           
For My Husband : Suciyanto Ari Siregar, yang karenanya teori cinta bisa dibuktikan :)



PLEDOI CINTA

Dalam suatu perjalanan
Kepada yang terhormat kekasihku,
 “Asnia Pane”

Di ini hari,
Akhirnya terkumpul sudah
waktu-waktu dikupas dari tunas secara tuntas
menjadi satu dalam rasa jadi irama
irama Sufi tarian jiwa
jiwa yang mencari, indahnya cahaya
cahaya yang ingin terbang jauh, menguak tabir
dalam sabar, dalam getir, dalam Dzikir,
dalam suara Robbana, yang ditembangkan syair

Pada lengkingan hati ketukannya bersayap
Melumat bunyi menelan makna
Menginjak-injak nafsu menahan fitnah

Inilah Cinta !
Inilah Cinta !
Inilah bahasa, yang tak boleh binasa !

By: Suciyanto Ari Siregar

Jujur foto sama puisinya terlalu dipaksakan, tapi yang terpenting adalah bagaimana kita tidak membiarkan foto-foto diatas dibuang begitu saja hanya karena warna fotonya kurang padat dan tajam yang diakibatkan oleh setingan foto yang kurang maksimal saat pengambilan gambar dan penggunaan cahaya bantu yang salah sehingga foto yang dihasilkan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan...

Terima kasih...